“Dia harus menemukan pintu itu.”
“Tidak, biar aku saja. Misi ini terlalu berbahaya untuknya.” Elton melirik
seorang pemuda yang tengah menendang-nendang tengkorak kepala manusia, di tanah
lapang nan gersang bersama teman-temannya.
“Ayolah. Kau tidak akan selamanya membiarkan dia hanya bermain-main di kamp
persembunyian, sementara yang lain sudah menemukan lusinan Veltos, bukan?” sambung Zen, tak menyerah.
“Tidak untuk saat ini, Zen. Scandic masih perlu banyak berlatih.”
Menemukan pintu bukanlah perkara mudah. Di Wifera, pintu adalah Veltos – manusia
terpilih untuk menyimpan kekuatan sihir yang diwariskan oleh Pinamar – raja
agung yang takhtanya kini diturunkan kepada putra sulungnya – Aragon.
Setiap Veltos menyimpan sihir yang berbeda, dan bersegel tentunya. Segel – jenis
sihir yang berfungsi untuk mengunci emosi Veltos agar tidak menyalahgunakan
kekuatannya. Baru-baru ini, Aragon menetapkan sebuah peraturan:
"Setiap penduduk Wifera harus disegel atau mati."
Elton yang merupakan pemimpin Venao – kelompok penentang Aragon – jelas tidak
akan membiarkan titah gila itu dilaksanakan. Apa jadinya jika manusia hidup
tanpa emosi?
“Kau harus berhasil, bung. Atau mimpi buruk Wifera akan semakin panjang.” Zen
menepuk kedua pundak Elton yang segera dibalas oleh Elton dengan anggukan
mantap.
Elton pun pergi menembus kegelapan malam Wifera. Aku harus menemukan
pintu itu dan melenyapkannya. Selang beberapa hari, berkat sihir lacak yang
telah dikuasainya, Elton berhasil menemukan Veltos sang pemegang segel. Veltos
itu ternyata seorang perempuan dan bernama Rondinara. Tunggu – Rondinara?
Tidak. Ini tidak mungkin.
Dia adalah Rondinara-ku! Seorang yang sangat aku cintai! Scandic akan membenciku jika aku membunuhnya.
Elton merasa sedih dan bimbang. Permasalahannya sekarang adalah, haruskah ia mengunci emosinya sendiri dan melenyapkan
pintu itu? Jika ‘ya’, lalu apa bedanya Elton dengan Aragon?
No comments: